Hi Guys..
Kali ini aku akan membahas hal yang agak lebih
formal yaitu topik yang sebelumnya sudah aku bahas mengenai “ ‘BUMN Hadir Untuk
Negeri’ Sebuah kesalahan tafsir? “.
Mungkin diantara kalian masih bingung dan bertanya – tanya
apasih sebenarnya tujuan dari program ini? Dan Siapa sih yang akan merasakan
program ini??
Jadi tujuan utama program BUMN Hadir Untuk Negeri ini adalah
BUMN itu memberikan sumbangsih untuk Indonesia dan keberadaan BUMN itu diharapkan
dapat dirasakan oleh Indonesia beserta seluruh rakyatnya. Jadi, dengan adanya
BUMN diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan di Indonesia.Maka dari itu
Kementrian BUMN menciptakan berbagai program
yang wajib dijalankan oleh perusahaan – perusahaan BUMN.
Tapi apakah program – program ini benar – benar menciptakan
kesejahteraan secara luas? Atau akan backfire dan menjadi burden bagi negara?
Kita dapat berkaca kepada program Bantuan Sosial (Bansos)
yang dicanangkan kementrian BUMN dan Kementrian social untuk di implementasikan
ke seluruh Bank BUMN yang memiliki izin Acquiring, yaitu Bank Mandiri, BNI,
BRI.
Dimana pemerintah mengeluarkan Kartu Keluarga Sejahtera yang
dibagikan ke keluarga tidak mampu. Kartu tersebut diberikan saldo tabungan
sebesar Rp500,000 per kepala keluarga. Dimana kartu tersebut hanya bisa
ditransaksikan di e-waroeng yang disediakan kementrian social di seluruh
Indonesia, untuk belanja kebutuhan sehari – hari seperti sembako. Dan setiap
bulannya masyarakat hanya perlu melakukan top-up saldo kartu tersebut.
Untuk melakukan top-up saldo dan untuk bertransaksi di
e-waroeng menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera tadi, dibutuhkan satu media. Mengapa?
Karena uang di kartu tersebut tidak bisa ditunaikan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari penyalahgunaan kartu. Media yang dapat digunakan ialah Electronic
Data Capture (EDC) yang wajib disediakan Bank BUMN yaitu Bank Mandiri, BNI, dan
BRI.
EDC yang disyaratkan pemerintah sendiri merupakan EDC dengan
operating system android yang memiliki spesifikasi cukup tinggi, dimana EDC
bisa menerima otoritas berupa sidik jari yang terhubung ke system Ditjen
kependudukan dan pencatatan sipil (Dukcapil), memiliki kamera yang dapat menerima
face recognition yang juga terhubung dengan Dukcapil, dan dapat ditransaksi
offline untuk daerah terpencil.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan EDC dan
pemeliharan sendiri tidak bisa dibilang kecil, yaitu :
-
Biaya Pembelian EDC :
Rp9,000,000 x 50,000Unit = Rp450,000,000,000
-
Biaya Pemeliharaan/bulan : Rp350,000 x 50,000Unit = Rp17,500,000,000
-
Biaya Pemeliharaan/tahun : Rp 17,500,000,000 x 12Bulan = Rp210,000,000,000
Biaya tersebut harus ditanggung bank. Dimana pemerintah
tidak memberikan sumbangan apapun ke bank. Dan bank tidak boleh menarik biaya
kepengguna. Artinya semua biaya di atas harus dicatat sebagai kerugian bank.
Ironi sebenarnya kalua ingin mensejahterakan masyarakat,
tapi merugikan perusahaan plat merah alias BUMN.
Karena bila BUMN merugi, hal
tersebut merugikan negara. Negara kehilangan sumber pendapatan dari
pajak BUMN tersebut. Negara kehilangan sumber pendapatan dari deviden BUMN
tersebut. Dan bila BUMN terus merugi, dana yang diambil dari APBN untuk menutup
ketugian BUMN tersebut.
Lebih lagi BUMN tersebut dapat melakukan pengurangan
pegawai, atau bahkan PHK massal bila perusahaan terus merugi atau bahkan
dibubarkan.
Bila terdapat program seperti itum Bank BUMN sebaiknya
diberikan ruang untuk provide. Entah pemerintah memberikan sumbangan dana atau
bank diperbolehkan mengambil biaya transaksi.
BUMN harus didorong untuk profit bukan rugi, karena bila
BUMN profit maka :
-
Memberikan pendapatan bagi negara berupa pajak
yang dapat dipakai untuk pembangunan, yang berujung kepada terciptanya lapangan
pekerjaan
-
Memberikan pendapatan dari deviden yang berujung
kepada terciptanya lapangan pekerjaan
-
Bila BUMN profit artinya perusahaan bisa
ekspansi, ketika perusahaan ekspansi pasti akan butuh tambahan tenaga kerja. Yang
akhirnya menciptakan tenaga kerja. Tambahan tenaga kerja ini pun akan
memebrikan sumbangsih pada perekonomian karena mereka membayar pajak ke negara.
Dan mereka bisa melakukan konsumsi, sehingga menggerakkan perekonomian dan
menggerakkan usaha – usaha baru.
In the end bila BUMN dibiarkan profit bukan merugi, akan
memebrikan sumbangsih lebih besar untuk perekonomian karena ada snowball
effect, yang akhirnya menciptakan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam skala yang lebih besar lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar