Selasa, 16 Januari 2018

Di Balik Layar "BUMN Hadir Untuk Negeri"

Hi Guys..

Kali ini aku akan membahas hal yang agak lebih formal yaitu topik yang sebelumnya sudah aku bahas mengenai “ ‘BUMN Hadir Untuk Negeri’ Sebuah kesalahan tafsir? “.
Mungkin diantara kalian masih bingung dan bertanya – tanya apasih sebenarnya tujuan dari program ini? Dan Siapa sih yang akan merasakan program ini??

Jadi tujuan utama program BUMN Hadir Untuk Negeri ini adalah BUMN itu memberikan sumbangsih untuk Indonesia dan keberadaan BUMN itu diharapkan dapat dirasakan oleh Indonesia beserta seluruh rakyatnya. Jadi, dengan adanya BUMN diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan di Indonesia.Maka dari itu Kementrian BUMN menciptakan berbagai program  yang wajib dijalankan oleh perusahaan – perusahaan BUMN.

Tapi apakah program – program ini benar – benar menciptakan kesejahteraan secara luas? Atau akan backfire dan menjadi burden bagi negara?

Kita dapat berkaca kepada program Bantuan Sosial (Bansos) yang dicanangkan kementrian BUMN dan Kementrian social untuk di implementasikan ke seluruh Bank BUMN yang memiliki izin Acquiring, yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI.

Dimana pemerintah mengeluarkan Kartu Keluarga Sejahtera yang dibagikan ke keluarga tidak mampu. Kartu tersebut diberikan saldo tabungan sebesar Rp500,000 per kepala keluarga. Dimana kartu tersebut hanya bisa ditransaksikan di e-waroeng yang disediakan kementrian social di seluruh Indonesia, untuk belanja kebutuhan sehari – hari seperti sembako. Dan setiap bulannya masyarakat hanya perlu melakukan top-up saldo kartu tersebut.

Untuk melakukan top-up saldo dan untuk bertransaksi di e-waroeng menggunakan Kartu Keluarga Sejahtera tadi, dibutuhkan satu media. Mengapa? Karena uang di kartu tersebut tidak bisa ditunaikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan kartu. Media yang dapat digunakan ialah Electronic Data Capture (EDC) yang wajib disediakan Bank BUMN yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI.

EDC yang disyaratkan pemerintah sendiri merupakan EDC dengan operating system android yang memiliki spesifikasi cukup tinggi, dimana EDC bisa menerima otoritas berupa sidik jari yang terhubung ke system Ditjen kependudukan dan pencatatan sipil (Dukcapil), memiliki kamera yang dapat menerima face recognition yang juga terhubung dengan Dukcapil, dan dapat ditransaksi offline untuk daerah terpencil.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan EDC dan pemeliharan sendiri tidak bisa dibilang kecil, yaitu :
-          Biaya Pembelian EDC                      : Rp9,000,000 x 50,000Unit = Rp450,000,000,000
-          Biaya Pemeliharaan/bulan           : Rp350,000 x 50,000Unit = Rp17,500,000,000
-          Biaya Pemeliharaan/tahun          : Rp 17,500,000,000 x 12Bulan = Rp210,000,000,000
Biaya tersebut harus ditanggung bank. Dimana pemerintah tidak memberikan sumbangan apapun ke bank. Dan bank tidak boleh menarik biaya kepengguna. Artinya semua biaya di atas harus dicatat sebagai kerugian bank.
Ironi sebenarnya kalua ingin mensejahterakan masyarakat, tapi merugikan perusahaan plat merah alias BUMN.

Karena bila BUMN merugi, hal  tersebut merugikan negara. Negara kehilangan sumber pendapatan dari pajak BUMN tersebut. Negara kehilangan sumber pendapatan dari deviden BUMN tersebut. Dan bila BUMN terus merugi, dana yang diambil dari APBN untuk menutup ketugian BUMN tersebut.

 Lebih lagi BUMN tersebut dapat melakukan pengurangan pegawai, atau bahkan PHK massal bila perusahaan terus merugi atau bahkan dibubarkan.
Bila terdapat program seperti itum Bank BUMN sebaiknya diberikan ruang untuk provide. Entah pemerintah memberikan sumbangan dana atau bank diperbolehkan mengambil biaya transaksi.
BUMN harus didorong untuk profit bukan rugi, karena bila BUMN profit maka :

-          Memberikan pendapatan bagi negara berupa pajak yang dapat dipakai untuk pembangunan, yang berujung kepada terciptanya lapangan pekerjaan
-          Memberikan pendapatan dari deviden yang berujung kepada terciptanya lapangan pekerjaan
-          Bila BUMN profit artinya perusahaan bisa ekspansi, ketika perusahaan ekspansi pasti akan butuh tambahan tenaga kerja. Yang akhirnya menciptakan tenaga kerja. Tambahan tenaga kerja ini pun akan memebrikan sumbangsih pada perekonomian karena mereka membayar pajak ke negara. Dan mereka bisa melakukan konsumsi, sehingga menggerakkan perekonomian dan menggerakkan usaha – usaha baru.


In the end bila BUMN dibiarkan profit bukan merugi, akan memebrikan sumbangsih lebih besar untuk perekonomian karena ada snowball effect, yang akhirnya menciptakan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia dalam skala yang lebih besar lagi.

“BUMN Hadir Untuk Negeri” Sebuah Kesalahan Tafsir?

Pada 17 Agustus 2015, bertepatan dengan peringatan ulang tahun Indonesia ke-70 yang lalu, Kementrian BUMN yang dipimpin oleh Rini Soemarno mengeluarkan program “BUMN Hadir Untuk Negeri” dimana menurut beliau, setiap BUMN harus memberikan sumbangsih nyata untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Setelah dua tahun berselang kementrian BUMN beserta jajaran perusahaan-perusahaan plat merah ini telah mengeluarkan berbagai program-program guna mendukung gagasan Menteri Negara BUMN tersebut, adapun contoh-contoh program tersebut seperti kapal teras BRI ke berbagai pulau-pulau terpencil di Indonesia, pembangunan Menara Base Receiver Station (BTS) di Pulau Liran, Maluku yang merupakan salah satu pulau terpencil di wilayah Republik Indonesia, Electronic Data Capture (EDC) Mini ATM – Modul Penerimaan Negara Generasi 2 (MPN-G2) di berbagai kantor layanan pemerintahan seperti kantor pajak, kantor imigrasi, pos perbatasan negara, pelabuhan, dan lain-lain, belum lagi EDC untuk program Bantuan Sosial (Bansos), dan program-program lainnya.

Sekilas memang terlihat bahwa program-program tersebut sangat mencerminkan prinsip kerakyatan yang selama ini sangat dijunjung tinggi oleh mayoritas rakyat Indonesia, dan selalu menjadi bahan kampanye politik yang baik selama masa pemilihan umum. Namun apakah program-program “BUMN Hadir Untuk Negeri” ini benar-benar memberikan keuntungan riil secara nation-wide, atau sebenarnya hanya merugikan BUMN-BUMN tersebut, yang akhirnya menjadi kerugian negara, dikarenakan bila terdapat BUMN yang tidak profit, pemerintah harus memberikan injeksi terhadap BUMN tersebut agar bisa tetap bertahan.

Mari kita ambil berberapa contoh untuk kasus EDC pada Bank-Bank BUMN, adapun biaya pembelian EDC per-buah untuk tipe EDC lama seperti Ingenico IWL 220 atau Verifone VX 520 adalah Rp 3.000.000,-/unit, belum lagi biaya maintenance seperti biaya paket data dari provider dan pemeliharan kunjungan teknisi secara berkala sebesar Rp 150.000,-/bulan. Misalkan terdapat 2.000 unit EDC yang di deploy untuk EDC Mini ATM – Modul Penerimaan Negara Generasi 2, maka biaya yang harus dikeluarkan adalah sebagai berikut :

Biaya pembelian EDC                         : Rp 3.000.000 x 2.000 unit  = Rp 6.000.000.000,-
Biaya pemeliharaan/bulan     : Rp 150.000 x 2.000 unit      = Rp 300.000.000,-
BIaya pemeliharaan/tahun     : Rp 300.000.000 x 12 bulan = Rp 3.600.000.000,-

Biaya ini akan membengkak untuk EDC program Bantuan Sosial, dimana pada proyek EDC Bansos, pemerintah menginginkan nantinya seluruh EDC program tersebut menggunakan EDC Android, dimana harga pembelian EDC Android mencapai Rp 9.000.000,-/unit dan biaya maintenance sebesar Rp 350.000,-/bulan. Target deployment EDC Bansos sendiri mencapai 50.000 unit, dimana biaya yang harus dikeluarkan adalah :

Biaya pembelian EDC           : Rp 9.000.000 x 50.000 unit       = Rp 450.000.000.000,-
Biaya pemeliharaan/bulan     : Rp 350.000 x 50.000 unit          = Rp 17.500.000.000,-
BIaya pemeliharaan/tahun     : Rp 17.500.000.000 x 12 bulan  = Rp 210.000.000.000,-

Biaya Rp 210 Milyar pertahun merupakan jumlah yang cukup besar ditanggung oleh Bank-Bank Pemerintah seperti Bank Mandiri, BNI, dan BRI, dan biaya tersebut belum termaksud biaya pengembangan aplikasi yang biasanya memakan biaya dari ratusan juta hingga milyaran rupiah. Walaupun biaya investasi program-program “BUMN Hadir Untuk Negeri” ini cukup besar, ketiga bank plat merah ini tidak diperbolehkan menarik biaya transaksi dari pengguna, dan tidak bisa meminta biaya jasa ke pemerintah. Artinya bank-bank pemerintah ini harus menelan biaya yang cukup besar tersebut, namun tidak mendapatkan pendapatan 1 rupiah-pun.

Adapun menurut pandangan saya, Bu Rini masih hidup dalam utopia bahwa BUMN yang memberikan sumbangsih kepada negara, haruslah memberikannya dalam bentuk langsung dalam program-program yang sifatnya seperti sumbangan seperti ini. Tentu hal ini menjadi berbahaya, karena akan mendorong BUMN-BUMN untuk beroperasi dalam keadaan merugi hanya demi kebijakan yang populis semata. Ketika BUMN-BUMN tersebut merugi, BUMN-BUMN tersebut tidak dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, tidak memberikan deviden kepada negara, dan tidak memberikan sumbangan penerimaan berupa pajak kepada negara.

Bu Rini sepatutnya meniru apa yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura. Diawali oleh kepemimpinan Lee Kuan Yew, Pemerintah Singapura mendorong BUMN-BUMNnya untuk bergerak dalam basis profit oriented dan harus siap bersaing. Pada saat hari peresmian Singapore Airlines, Lee Kuan Yew berkata kepada jajaran direksi Singapore Airlines bahwa Pemerintah tidak akan segan-segan menutup Singapore Airlines bila mereka tidak bisa menghasilkan keuntungan. Dan budaya itu terus terbawa, bahkan menurut data Airline Insider pada tahun 2010, Singapore Airlines adalah satu-satunya maskapai penerbangan yang membukukan profit, dikala semua perusahaan maskapai penerbangan mengalami kerugian akibat krisis ekonomi global.

“Pemerintah tidak membuat mereka menjadi juara, Temasek tidak dibuat untuk menjadi juara. Mereka, termasuk Temasuk harus berkompetisi melawan perusahaan-perusahaan global lainnya untuk menjadi juara.” Adalah salah satu isi pidato Presiden Tony Tan, Presiden Singapura, pada Jamuan Makan Malam Ulang Tahun Temasuk ke-40 tahun 2014 lalu. Di Singapura, pemerintah tidak menjadikan BUMN spesial, Pemerintah Singapura membuka pintu selebar-lebarnya terhadap kompetisi. Tidak ada BUMN yang memegang monopoli, tidak ada pula dana yang akan dikucurkan pemerintah guna BUMN mendapatkan kendali penuh untuk menguasai pasar, dan bila BUMN merugi, pemerintah tidak akan memberikan kucuran dana. Pemerintah Singapura hanya akan memberikan penyertaan dana sekali, saat pendirian perusahaan, dan Pemerintah Singapura tidak akan melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan. Manajemen perusahaan dijalankan secara professional, dan jauh dari kepentingan politik. Pemerintah tidak akan memberikan program-program yang merugikan BUMN, namun sarat kepentingan politik. BUMN harus profit, itulah yang dipercaya Pemerintah Singapura.

Hal ini menjadikan BUMN-BUMN di Singapura tumbuh menjadi perusahaan-perusahaan raksasa yang tidak lagi hanya menguasai pasar domestik, namun juga pasar internasional sepert DBS yang merupakan bank terbesar di Singapura, SingTel yang merupakan perusahaan telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara, Keppel Land perusahaan properti yang mempunyai proyek-proyek raksasa di seluruh Asia, OSIM perusahaan teknologi di bidang kesehatan yang sudah tersebar ke berbagai negara di dunia, Temasek yang merupakan salah satu perusahaan investasi terbesar di dunia yang juga telah menggelontorkan investasi-nya untuk membeli saham-saham perusahaan Indonesia seperti Bank Danamon, Matahari Putra Prima, Maybank Indonesia, PT. Chandra Asri.

Tentu dengan masifnya pertumbuhan BUMN-BUMN nya, Singapura sebagai sebuah bangsa mendapatkan keuntungan. Pertama, banyaknya lapangan kerja yang tercipta dari BUMN-BUMN tersebut, dimana menurut data Asian Development Bank (ADB) tahun 2014, BUMN menyumbang 70% dari total lapangan pekerjaan di Singapura. Hal ini dikarenakan BUMN yang terus tumbuh tahun-ketahun sehingga terus menerus membutuhkan tambahan pekerja, sehingga BUMN-BUMN ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat besar. Kedua pemerintah mendapatkan tambahan pendapatan dari deviden yang disetorkan ke pemerintah, dimana deviden ini dapat diberikan dikarenakan perusahaan berhasil mencapai profit, sehingga negara sebagai pemegang saham mendapatkan pembagian keuntungan berubah deviden. Selain itu pemerintah juga mendapatkan pendapatan pajak yang besar dari perusahaan-perusahaan BUMN ini, dikarenakan perusahaan-perusahaan BUMN ini menciptakan profit yang cukup besar. Selain dari perusahaan-perusahaan BUMN, pemerintah juga mendapatkan pendapatan pajak dari para pekerja yang diserap oleh BUMN-BUMN tersebut.

Pendapatan dari deviden dan pajak tersebutlah yang diputar lagi oleh Pemerintah Singapura untuk membangun berbagai infrastruktur, mega proyek, jaminan sosial yang memadai, dan lapangan pekerjaan lagi. Akhirnya tercipta multiplier ekonomi yang sangat signifikan dan memiliki sumbangsih nyata kepada negara dan segenap rakyat Singapura. Terbukti menurut data Asian Development Bank (ADB) tahun 2014, BUMN Singapura memberikan sumbangsih sebesar 36% bagi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Singapura, yang merupakan persentase sumbangan terbesar bagi PDB Singapura.

Indonesia-pun harus belajar dari Singapura. Daripada membuat BUMN merugi, tidak memberikan sumbangsih apapun bagi negara, dan pemerintah harus terus-terusan menyuntik dana investasi tambahan untuk BUMN demi sebuah kebijakan populis semata, lebih baik pemerintah fokus menjadikan BUMN-BUMN ini menjadi perusahaan yang ber-orientasi profit. Sehingga BUMN-BUMN Indonesia dapat menciptakan lapangan pekerjaan dalam skala lebih besar, serta memberikan pendapatan nyata pada negara berupa deviden dan pajak, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan program-program pemerintahan lainnya, guna menciptakan Indonesia yang sejahtera. Bila BUMN bisa menciptakan multiplier ekonomi yang besar, sama seperti yang terjadi di Singapura, dan akhirnya memiliki peran nyata dalam menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, pada saat itulah kita bisa mengatakan BUMN hadir untuk negeri.




Indahnya pulau NTT

Hey guys,

Seperti yang udah aku ceritain sebelumnya, di part ini aku akan mencoba untuk meceritakan lebih detail mengenai pulau - pulau yang aku kunjungi di NTT.

Yang aku kunjungi adalah beberapa tempat wisata di pulau NTT, yaitu pulau satonda, pink beach, pulau rinca, pulau komodo, gili bola, dll. Letak dari satu pulau ke pulau lainnya tidak begitu jauh namun kita tidak bisa melakukan trip ke pulau - pulau tersebut dalam satu hari, mengapa?? karena jika kita melakukan trip dalam satu hari sekaligus kita tidak dapat merasakan keindahan alamnya.Idealnya trip ini dapat dilakukan 4 hari 3 malam.

Liburan selama 4 hari di tengah laut tanpa handphone, merasakan warna kulit yang menghitam karena sinar matahari yang terik, dan rasa capek karena harus berjalan kaki menaiki bukit -bukit  dapat terlupakan begitu saja setiap kali tour guide kami mengajak para traveler berbincang bersama di boat ketika malam hari sambil mendengarkan suara angin dan goyangan ombak sesekali. Selain itu selama sailing trip ini kami juga disajikan makanan yang sangat sederhana yang dibuat oleh crew boat seperti mie rebus racik, ikan goreng, sayur capcay, nanas segar, dan seafood goreng lainnya. Hal ini merupakan moment yang tidak dapat kami rasakan ketika kami di Jakarta.

Oia guys, perlu kalian ketahui bahwa pulau - pulau di NTT memiliki air yang sangat bersih  dan berwarna biru sehingga bila kita kesana mata kita akan dimanjakan dengan kreasi Tuhan yang begitu indah.. Dalam trip ini aku dan teman - teman sailing trip menggunakan boat yang berisi -+ 20 orang sudah termasuk crew. Penasaran seperti apa? nih aku tunjukin beberapa foto nya sewaktu aku kesana..








Gimana bagus kaan? Kalian yang ingin kesana tidak perlu takut, karena warga disana sangat ramah dan welcome sekali setiap ada pengunjung yang datang khususnya para penjaga di pulau komodo dan pulau rinca. Hanya saja ketika kita mengunjungi pulau yang berisi komodo itu (agak seram ya kedengerannya hehe)  kita harus berhati - hati dan mengikuti rules yang diberikan guide/pawangnya. Kenapasiih? khususnya para wanita yang sedang haid, komodo itu sangat peka terhadap bau darah.

Tapi guys, selama kalian mengikuti rules dari guide/pawang yang ada disana kalian akan aman - aman aja kok dan yang pasti kalian bisa foto dengan komodonya! kapan lagi yakaan..

Just FYI aja, waktu aku ke pulau - pulau di NTT aku habis sekitar Rp4,000,000 dan kalian pasti penasaran kan uang segitu aku bisa dapet apa aja? berikut listnya :
- ticket PP dari jakarta - lombok - jakarta
- penginapan di Senggigi
- makan 3x sehari di Sengigi
- paket sailing trip dari senggigi - labuan bajo - mengitari pulau di NTT - labuan bajo - senggigi
- makan 3x sehari selama sailing trip ke pulau - pulau di NTT

Murah banget kan guys? yuk tunggu apalagi, jangan ragu - ragu mengunjungi pulau - pulau di NTT yang super duper indah...


Senin, 15 Januari 2018

Menjelajah Pulau Di Indonesia

Indonesia  memiliki berbagai pulau yang dapat dijadikan objek wisata, sehingga tak heran banyak turis asing yang berbondong – bonding dating ke Indonesia untuk mengeksplorasi pulau – pulau yang ada di Indonesia. Salah satu daerah wisata yang sering dijadikan target wisata oleh turis asing maupun local di Indonesia ialah Nusa Tenggara Timur (NTT) & Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam artikel ini saya akan mencoba berbagi pengalaman saya berkunjung ke NTB & NTT.

Pengalaman berkunjung ke NTT & NTB saya lakukan pada bulan Agustus 2013 bersama teman – teman saya berjumlah orang. Perjalanan kami mulai dari Jakarta, berangkat menggunakan pesawat dari bandara Soekarno Hatta menuju Bandara International Lombok. Sesampainya di Lombok kami dijemput oleh teman kami untuk menuju ke daerah Senggigi. Disana kami beristirahat satu hari sembari mempersiapkan segala keperluan kami untuk sailing trip ke NTT selama 4 hari 3 malam. Keesokan hari nya pada pukul 09:00 AM kami dijemput oleh tour guide kami untuk menuju meeting point dengan teman – teman traveler lainnya untuk registrasi dan briefing terkait perjalanan kami ke NTT. Tanpa disangka, dari 58 orang pengunjung hanya saya dan teman – teman saya yang berasal dari Indonesia. Sungguh pengalaman yang luar biasa, selain dapat mengeksplor pulau di  Indonesia kami juga dapat berbagi cerita dan ilmu dengan turis asing.

Dari tempat meeting point kami menuju pelabuhan menggunakan bis untuk nyebrang ke Labuan Bajo mnggunakan kapal ferry. Setelah sampai di Labuan Bajo kami lanjut dengan menggunakan boat untuk memulai  perjalanan kami menuju pulau – pulau yang ada di NTT. Tujuan pertama kami ialah Gili Bola, perjalanan yang cukup panjang membuat kami terlelap sepanjang perjalanan menuju Gili Bola. Namun sesampainya disana kami tak dapat memejamkan mata kami sedetikpun melihat keindahan lembah – lembah kecil yang berada di atas laut yang biru. Setelah pengait boat ditancapkan, seluruh turis turun dari boat dan kami langsung menuju puncak lembah tertinggi yang ada disana agar kami dapat melihat keindahannya dari atas. Sesampainya di atas lembah kami hanya bisa mengucap syukur karena dapat melihat langsung ciptaan tuhan yang indah ini. Setelah kurang lebih 20 menit kami di atas kami kembali turun dan menuju pulau Satonda.
Sesampainya di pulau Satonda kami harus berjalan kaki kitar 20 menit untuk menuju air terjun didalam nya. Kami melewati pohon – pohon tinggi dan juga jalanan yang masih tanah dan berbatuan. Setelah mendengar gemericik air , kami semakin semangat untuk melangkahkan kaki kami untuk ingin segera sampai disana. Akhirnya setelah berjalan beberapa menit kami pun sampai dan langsung menikmati segarnya air terjun disana sekitar 1 jam.
Setelah dari pulau Satonda kami kembali ke boat untuk beristirahat dan makan bersama, meskipun hanya disugguhkan makanan sederhana dengan kebersamaan dan canda tawa bersama teman – teman menjadikan moment tesebut menjadi indah.
Keesokkan hari nya, kami melanjutkan perjalanan kami ke pulau yang terdapat binatang langka (Komodo) yaitu Pulau Komodo. Untuk mengelilingi pulau tersebut kami harus berjalanan kaki kurang lebih 3,5jam. Perjalanan terasa agak melelahkan karena pada saat itu cuaca sangat terik sekali. Namun pengalaman melihat komodo tidak kami sia – sia kan kami berfoto dan juga berbincang dengan pihak penjaga disana terkait pemeliharaan komodo di pulau itu. Setelah dari pulau Komodo kami melanjutkan dan juga Pink Beach. Rasa capek langsung hilang sekejap setelah kami sampai di pulau ini. Kami dimanjakan dengan keindahan pasir berwarna pink disepanjang pantai nya. Kami pun melakukan snorkeling dan sun bathing.

Setelah dari pink beach  kami menuju pulau Kelor untuk menikmati keindahan alam nya dan beristirahat disana (sleeping on boat). Pulau Kelor menjadi tujuan terakhir kami untuk sailing trip ini, lalu kami kembali ke Senggigi dan berpisah dengan turis lainnya.
Sesampainya di Senggigi kami beristirahat dan juga melanjutkan perjalanan kami ke Gili Air dan Trawangan.


Pengalaman berlibur ke NTB & NTT merupakan pengalaman yang tidak dapat saya lupakan karena disana saya dapat bertemu orang – orang baru, mempelajari budaya Indonesia, dan juga dapat melihat ke Indahan Indonesia yang tidak dapat dimiliki oleh negara Lain.

Sabtu, 23 Maret 2013

:)

BEST FRIEDS DO NOT JUDGE EACH OTHER................and.............close friends, aren't always real friends.

Minggu, 10 Juni 2012

Selasa, 20 Maret 2012